Kamis, 15 Desember 2011
















Jodoh Dalam Pandangan Islam
Oleh : Ustz. Herlini Amran, MA
Allah swt berfirman dalam QS : Ar Ruum : 21 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Sudah menjadi sunatullah bahwa Allah menciptakan semua makhluknya berpasang-pasangan dan semua manusia pasti ada jodohnya tergantung ikhtiar dari manusia itu sendiri ataupun takdir Allah. Karena setiap takdir itu ada yang mutlak (sudah menjadi ketentuan Allah), kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya dan satu lagi adalah takdir ikhtiari yaitu takdir yang memang bisa diperoleh dengan jalan ikhtiar atau usaha yang sungguh-sungguh.
Ikhtiar yang bisa dilakukan oleh seorang Muslimah dalam mencari jodoh :
1. Berdo’a kepada Allah agar diberikan jodoh yang baik, misalnya dengan shalat hajat.
Allah telah berjanji dalam firmannya bahwa Muslim yang baik akan mendapatkan Muslimah yang baik dan laki-laki yang buruk akan mendapatkan wanita yang buruk pula, maka tugas seorang muslimah adalah berusaha untuk menjadi Muslimah yang baik, berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berdo’a kepada Allah agar mendapatkan jodoh yang baik dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…..” (QS : An Nuur : 26)
2. Meminta kepada orang tua/wali untuk dicarikan jodoh yang baik
Dalam Islam sebenarnya masalah jodoh bagi muslimah bukanlah menjadi tanggung jawab diri sendiri tetapi menjadi tanggung jawab orang tua ataupun wali. Bahkan pada masa Rasulullah saw, pemerintah bertanggungjawab untuk mencarikan jodoh bagi muslim dan muslimah pada masanya. Sehingga seorang muslimah tidak perlu mencari sendiri jodoh untuk dirinya. Pendekatan/khalwat yang dilakukan sebelum ikatan pernikahan dengan alasan untuk saling mengenal antara keduanya tidaklah sesuai dengan nilai-nilai Islam. Bahkan pendekatan ini tidak selalu menjamin menjadi rumah tangga yang langgeng karena biasanya pendekatan yang dilakukan sebelum pernikahan lebih mengedepankan sisi subjektivitas antara keduanya.
3. Melalui mediator misalnya teman, saudara atau orang lain yang dapat dipercaya
”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. .. .” ( An Nuur : 32-33)
4. Mencari sendiri dengan syarat tidak boleh langsung tetapi bersama pihak ketiga
Rasulullah saw pernah memberikan kriteria untuk menentukan pilihan pasangan hidup bagi seorang muslim/ah yang apabila dilaksanakan insya Allah rumah tangga Sakinah mawaadah warahmah akan dirasakan, Amin… ”Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi agama nya dan akhlak nya maka kawinkanlah dia, dan bila tidak kamu lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad) -> untuk muslimah ”Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaan nya, karena kedudukan nya, karena kecantikan nya, dan karena agama nya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu . ” (HR. Muslim) -> untuk muslim
5. Jangan putus asa
Jodoh adalah masalah ghoib yang menjadi rahasia Allah, sebagai manusia hanya bisa berikhtiar dan berdo’a. Bagi muslimah yang belum mendapatkan jodoh jangan berputus asa, tetaplah berikhtiar dan berdo’a. Sudah menjadi janji Allah bahwa semua makhluknya akan berpasang-pasangan. Hanya Allah yang maha tahu kapan waktu yang tepat untuk jodoh kita masing-masing. Wallahu’alam bishowwab…
Sy sedang bimbang menentukan pilihan ada 2 org laki2 yg bersedia menikahi sy.
Yg pertama, dia seorang guru bhs arab, lulusan pesantren tapi beda harokah dg saya.
Yg kedua, dr segi agama dia kurang tapi dia cukup gigih usahanya dan sudah lumayan lama kenal dan dekat dengan keluarga. Perlu ibu ketahui dunianya cukup berbeda dg sy yg pendiam, dia anak gaul, dan suka main band/musik.
Tapi, keluarga saya, ibu, bapak, dan kakak2 sy lebih condong ke yg pertama, melihat dr ilmu agama yg dia miliki.
Tapi, sebaliknya sy mrs ragu krn beda harokah dengannya, khawatir akan ada konflik yg muncul didepan nanti. Sy menganggap lebih mudah mengisi gelas yg kosong drpd mengganti isi gelas yg sdh penuh.
Mohon nasehat Ibu, dan bilakah shalat istikharah itu bu?
Jazakillah khairan katsir untuk jawabannya.
Wassalam wr wb.
Annisa

Jawaban

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuhu,
Sdri. Annisa yang dirahmati Allah swt.,
Wanita dalam Islam begitu ditinggikan derajatnya, tidak seperti ketika di zaman jahiliyah. Termasuk dalam perjodohan maka dia diberi hak untuk memilih. Oleh karena itu ketika hak ini sudah diberikan oleh islam maka para wanita islam haruslah memanfaatkan ini sebaik-baiknya, dalam artian dapat mempertanggungjawabkan pilihannya ini kepada diri, keluarga dan kebaikan ummat.
Sdri. Annisa yang dirahmati Allah swt.,
Banyak permasalahan yang masuk, adalah beberapa keluhan remaja putri tentang kriteria calon suami, namun juga di antara mereka ada yang menunggu-nunggu datangnya jodoh yang tak kunjung datang. Annisa saat ini justru dilamar oleh dua pria sekaligus.....hal ini dapat dipandang sebagai karunia Allah swt yang patut disyukuri, di satu sisi, namun juga perlu diantisipasi karena menimbulkan kebingungan. Jika seseorang dihadapkan pada dua pilihan atau lebih dan diharuskan memilih maka akan terjadi yang dalam teori disebut konflik. Konflik terjadi karena harus diputuskan suatu pilihan yang tepat. Bagaimana membuat pilihan yang tepat? Kiat-kiat berikut dapat menjadi pertimbangan:
a. Tentukan skala prioritas
Apa yang menjadi prioritas dalam hidup Annisa ke depan? Hal ini terkait apa yang penting dan tidak penting dalam hidup, atau visi kita dalam hidup. Hal-hal yang menyangkut aqidah atau keimanan calon, akan banyak berpengaruh terhadap visi hidup pasangannya. Sdri Nissa menyebut-nyebut bahwa calon yang satu (sebut saja A) berbeda harokah dengan Anda, latar belakang guru bahasa Arab, lulusan pesantren. Coba tentukan positif dan negatif si A, inventarisir apakah kekurangannya yang Anda sebut dengan beda harokah dan kelebihan-kelebihannya yang lain, masih ”aman” untuk visi yang sudah Anda canangkan dalam hidup? Hal yang sama dapat Anda lakukan untuk calon kedua (sebut saja B), apa kelebihan dan kekurangannya? Apakah kebiasaannya yang suka band/ main musik ”aman” untuk visi yang sudah Anda canangkan dalam hidup? Benarkah B adalah gelas kosong seperti yang Anda misalkan, dan sebaliknya si A adalah gelas penuh yang sudah tak mungkin menerima masukan lagi? Sebaiknya jawaban ini tidak hanya subyektif berdasarkan praduga Anda saja, namun carilah dukungan empirisnya, seperti cobalah satukan visi Anda dengan berdialog langsung dengan keduanya. Apakah dalam menghadapi satu kasus si A dan si B jauh dari visi Anda? Atau ada pihak yang mempunyai visi yang lebih dekat dan fleksibelitas sehingga Anda tetap dapat mempertahankan visi tersebut? Buatlah perjanjian atau semacam kontrak, apakah mereka dapat memenuhinya? Dalam menyelesaikan konflik, tak ada salahnya jika kemudian tidak memilih salah satu, bukan? Kadang yang ditakutkan oleh wanita adalah usia yang terus bertambah, namun jodoh begitu sulit. Oleh karena itu tingkatkan keimanan pada Allah swt. tentang takdir, termasuk dalam hal jodoh.
b. Libatkan orang lain/ bermusyawarahlah dalam menentukan pilihan, libatkan Allah swt. selalu dalam membuat keputusan.
Annisa sudah melakukan komunikasi dengan orang tua tentunya, ternyata orangtua maupun keluarga lebih cenderung pada si A dengan pertimbangan agama yang lebih baik menurut mereka. Bisa jadi pertimbangan agama yang baik yang mereka pahami berbeda dengan yang dilihat oleh Annisa. Jadi bermusyawarahlah lebih lanjut tentang pandangan-pandangan Anda
Istikharah dilakukan dengan sholat khusus minta petunjuk agar dipilihkan/ ditetapkan hati oleh Allah swt. pada calon yang terbaik menurut pandangan Allah swt, bukan menurut pandangan kita sebagai manusia. Selain itu juga agar dimudahkan jalan menuju ke sana dan dijauhkan dari calon yang tidak baik bagi kita. Hasil istikharah kadang tidak selalu dalam bentuk mimpi diperlihatkan petunjuk itu, namun berupa kemantapan hati kita dalam melangkah. Semoga Annisa mendapatkan itu. Sekian, teriring salam dan do’a.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu